Jakarta - Hari kemerdekaan Indonesia diperingati setiap tanggal 17 Agustus. Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Berikut adalah sejarah kemerdekaan Indonesia, dilansir dari Buku Sejarah Indonesia yang ada di laman repository Kemdikbud pada Rabu (3/8/2022).Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya Ambisi Jepang untuk menguasai wilayah Asia Pasifik harus terkubur rapat setelah Jepang menandatangani penyerahan diri kepada sekutu pada 2 September 1945. Penandatanganan ini menandakan Jepang mengalami kekalahan dan berakhirnya Perang Dunia II. Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat dihancurkan oleh Jepang, kemudian Kaigun (Angkatan Laut Jepang) mengirimkan empat kapal induk ke Kepulauan Midway untuk menghabisi sisa armada Pasifik Amerika Serikat. Kekalahan di Midway sangatlah telak sehingga pihak Kaigun menutupi kabar tersebut agar tidak diketahui publik Jepang. Kekalahan di Midway membawa dampak buruk bagi militer Jepang. Kekalahan-kekalahan yang terjadi membawa Jepang semakin terdesak dalam kancah pertempuran di Pasifik. Untuk membantu dalam pertempuran, Jepang berusaha mencari simpati dari bangsa Indonesia, dengan cara memberikan janji kemerdekaan yang disampaikan Perdana Menteri Koiso dan direalisasikan dengan pembentukan BPUPKI serta PPKI. Peristiwa Bom Atom Pada tanggal 26 Juli 1945, tiga pemimpin negara yang tergabung dalam sekutu melaksanakan Konferensi di kota Postdam (Jerman) dan menghasilkan sebuah deklarasi mengenai kekalahan Jepang, yang kemudian dikenal dengan Deklarasi Postdam. Deklarasi Postdam berisikan tentang semua penjahat perang harus diadili secara keras, termasuk mereka yang melakukan kekejaman terhadap para tawanan. Pemerintah Jepang harus memberi kebebasan dan memberlakukan demokrasi, serta penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Pemerintah Jepang juga diberikan kesempatan untuk memilih mengakhiri perang kepada sekutu dengan cara menyerah tanpa syarat atau memilih untuk penghancuran secara besar-besaran. Namun, Jepang menolak isi deklarasi tersebut. Atas dasar sikap Jepang tersebut, Amerika kemudian menjatuhkan bom di dua kota, yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Bom nuklir yang disebut dengan ‘little boy’ dijatuhkan di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 sementara bom nuklir ‘fat man’ dijatuhkan di kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Perbedaan Pendapat Antara Golongan Muda dan Golongan Tua Pada tanggal 10 Agustus 1945 tokoh golongan muda, Sutan Syahrir mendengar berita tentang kekalahan Jepang dan kemungkinan akan menyerah kepada sekutu melalui siaran radio BBC. Mohammad Hatta kemudian bertemu dengan Sutan Syahrir untuk membicarakan Proklamasi Indonesia. Syahrir berpendapat bahwa Golongan Tua harus segera cepat memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia, tetapi hal tersebut dibantah oleh Hatta. Perdebatan antara Hatta dan Syahrir menjadi polemik di antara golongan muda dan tua. Soekarno dan Hatta menghendaki sikap yang kooperatif dengan Jepang, dimana hal-hal mengenai proklamasi harus dikonsultasikan dengan pihak Jepang. Menurut Golongan Muda, kemerdekaan Indonesia harus diraih dengan pengorbanan dan perjuangan rakyat sendiri, bukan campur tangan Jepang. Peristiwa Rengasdengklok Ir Soekarno (ist) Peristiwa Rengasdengklok disebabkan karena pemuda gagal memaksa golongan tua untuk secepat mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkan mereka dari pengaruh jepang. Pada malam hari di tanggal 15 Agustus 1945, sebelum terjadinya peristiwa tersebut, golongan muda mengadakan suatu perundingan di ruangan Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, yang dipimpin oleh Chaerul Saleh. Keputusan rapat disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.00 WIB di kediaman Soekarno, di Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Tuntutan Wikana agar proklamasi dinyatakan oleh Soekarno pada keesokan harinya telah menegangkan suasana karena ia mengatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan. Adanya perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua, perbedaan pendapat itu telah membawa golongan muda kepada tindakan selanjutnya, yakni menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Soekarno, Hatta serta Fatmawati dan Guntur Soekarnoputra kemudian dibawa ke rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Dijaw Kie Siong. Para pemuda berusaha meyakinkan kedua tokoh tersebut agar segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa adanya campur tangan Jepang. Di tempat itulah, mereka meyakinkan Soekarno dan Hatta bahwa Jepang benar-benar sudah menyerah. Mereka juga membujuk keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun, upaya itu tidak terlalu berhasil. Sementara itu, di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua dan golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta. Golongan muda mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebarjo ke Rengasdengklok. Selanjutnya, mereka menjemput Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Penyusunan Teks Proklamasi Patung Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Ahmad Soebardjo di Ruang II: Ruang Perumusan, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, (ant) Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, setelah sampai di Jakarta rombongan Soekarno-Hatta pergi ke kediaman Laksamana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No.1 guna menyiapkan teks proklamasi. Kemudian, padal 17 Agustus dini hari, di rumah Laksamana Maeda, disusunlah naskah proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh yang menyusun teks proklamasi yaitu Soekarno, Moh.Hatta, dan Achmad Soebarjo. Soekarno berperan sebagai penulis naskah proklamasi, sedangkan Moh. Hatta dan Achmad Soebarjo menyumbangkan ide secara lisan. Sukarni mengusulkan teks Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni pun diterima, naskah Proklamasi kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik. Usai penandatanganan, mereka merundingkan lokasi pelaksanaan proklamasi. Pelaksanaan Proklamasi akhirnya diselenggarakan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Pembacaan Teks Proklamasi Presiden RI ke-1 Soekarno (Ist) Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, pembacaan proklamasi di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta akhirnya dimulai. Setelah pembacaan teks proklamasi selesai, Suhud dan Latief Hendraningrat mengibarkan bendera merah putih. Pada hari yang sama, Syahrudin berhasil menyampaikan salinan teks Proklamasi kepada Waidan B. Palenewen, kemudian Waidan memerintahkan operator radio yaitu F.Wuz untuk segera mengudarakan berita kemerdekaan Indonesia. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui media cetak, surat kabar, pamflet, poster, coretan gerbong kereta api, dan coretan dinding kota. Selain disiarkan di radio dan disebarkan di media cetak, berita Proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. (mg1/put)
PROKLAMASI KEMERDEKAAN PERDEBATAN GOLONGAN TUA DAN MUDA Bom atom yang dijatuhkan oleh Sekutu di Hiroshima dan Nagasaki sampai juga ke telinga para aktivis pergerakan. Pada tanggal 9 Agustus 1945, tiga tokoh Indonesia yaitu, Soekarno, Moh. Hattaa, dan Radjiman Wedyodiningrat terbang ke Dalat, Vietnam menemui Marsekal Terauchi. Sehari setelahnya, tanggal 10 Agustus 1945 tokoh golongan muda Sutan Syahrir mendengar siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation) tentang kekalahan Jepang dan kemungkinan akan menyerah kepada Sekutu. Berita kekalahan tersebut dalam waktu singkat, menyebar ke kalangan aktivitas pergerakan, baik Golongan Muda dan Golongan Tua. Terlebih pemanggilan ketiga tokoh nasional Indonesia ke Vietnam menambah keyakinan para aktivis pergerakan, bahwa kemerdekaan Indonesia menjadi agenda pembicaraan. Sepulangnya ke Indonesia, Mohammad Hatta bertemu dengan Sutan Syahrir membicarakan terkait Proklamasi Indonesia. Syahrir berpendapat Golongan Tua harus segera cepat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, tetapi hal ini dibantah oleh Hatta, dikarenakan proklamasi Indonesia akan diserahkan kepada PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang telah dibentuk. Syahrir berpendapat lain, menurutnya kemerdekaan jangan dilakukan melalui PPKI, karena Sekutu akan mengecap kemerdekaan sebagai buatan Jepang, sebaiknya Soekarno sendiri yang menyatakan kemerdekaan di corong radio sebagai pemimpin rakyat. Perdebatan antara Hatta dan Syahrir menjadi polemik diantara golongan muda dan golongan tua. Inti dari perdebatan bukan pada ada atau tidak pelaksanaan proklamasi, melainkan beberapa hal seperti:
Soekarno dan Hatta menghendaki sikap yang kooperatif dengan Jepang, dimana hal-hal mengenai proklamasi harus dikonsultasikan dengan pihak Jepang, jadi menurut Soekarno tidak perlu tergesa-gesa. Ada dua pertimbangan Soekarno mengenai pendapatnya, yaitu: 1) Militer Jepang masih ada di Indonesia, proklamasi tanpa izin Jepang ditakutkan akan memicu pertumpahan darah. 2) Jepang telah berjanji akan melaksanakan proklamasi Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 melalui PPKI. Sekali lagi, pertimbangan dari Soekarno ditolak oleh Golongan Muda. Menurut Golongan Muda kemerdekaan Indonesia harus diraih dengan pengorbanan dan perjuangan rakyat sendiri, bukan campur tangan Jepang. Menunggu persetujuan PPKI, organisasi bentukan Jepang walaupun anggotanya orang Indonesia, sama saja dengan menyetujui kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Pemerintah Jepang. Golongan muda juga siap melakukan perlawanan, apabila militer Jepang turut campur tangan dalam proses kemerdekaan Indonesia PERISTIWA RENGASDENGKLOK Apakah kalian pernah mendengar Rengasdengklok? Berbicara mengenai proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pasti akan selalu dikaitkan dengan peristiwa Rengasdengklok. Untuk mengetahui peristiwa Rengasdengklok bacalah ulasan berikut ini! Peristiwa Rengasdengklok disebabkan karena para pemuda gagal memaksa golongan tua untuk secepat mungkin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Menurut Golongan Muda jika Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta maka kedua tokoh ini akan dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang serta menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan Malam hari di Tanggal 15 Agustus 1945, sebelum terjadi peristiwa Rengasdengklok, golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di ruangan Lembaga Bakteriologi Pegangsaan Timur, yang dipimpin oleh Chaerul Saleh. Keputusan rapat yang menunjukan tuntutan-tuntutan radikal golongan pemuda yang diantaranya menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantunggantungkan pada orang dan kerajaan lain. Segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakannya perundingan dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta agar supaya mereka turut menyatakan proklamasi. Keputusan rapat tersebut kemudian disampaikan oleh Wikana dan Darwis jam 22.00 WIB di rumah kediaman Ir. Soekarno, Pegangsaan Timur (Sekarang jalan Proklamasi) 56, Jakarta. Tuntutan Wikana agar proklamasi dinyatakan oleh Ir. Soekarno pada keesokan harinya telah menegangkan suasana karena ia mengatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan. Mendengar ancaman itu, Ir. Soekarno menjadi sangat marah dan melontarkan kata-kata yang bunyinya sebagai berikut: “Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepas tanggung jawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu, saya akan tanyakan kepada wakilwakil PPKI besok”. Suasana hangat itu disaksikan oleh golongan nasionalis angkatan tua lainnya seperti Drs. Moh. Hatta, dr. Buntaran, dr. Samsi, Mr. Achmad Subardjo dan Iwa Kusumasumantri. Nampak adanya perbedaan pendapat, dimana golongan pemuda tetap mendesak agar besok tanggal 16 agustus 1945 dinyatakan proklamasi, sedangkan golongan pemimpin angkatan tua masih menekankan perlunya diadakan rapat PPKI terlebih dahulu. Perbedaan pendapat itu telah membawa golongan pemuda kepada tindakan selanjutnya yakni menculik Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Tindakan itu berdasarkan keputusan rapat terakhir yang diadakan pada jam 24.00 WIB menjelang tanggal 16 agustus 1945 di Cikini 71, Jakarta. Rapat selain dihadiri oleh pemuda-pemuda yang berapat sebelumnya di ruangan Lembaga Bakteriologi, Pegangsaan Timur, Jakarta, Juga dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi (barisan pelopor), Shodanco Singgih (Daidan Peta Jakarta Syu). Mereka telah bersepakat untuk melaksanakan keputusan rapat pada waktu itu, yaitu antara lain, menyingkirkan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta keluar kota, dengan tujuan menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang. Demikianlah pada tanggal 16 agustus 1945 jam 04.00 WIB terjadi peristiwa penculikan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta untuk dibawa ke luar kota menuju Rengasdengklok Soekarno, Hatta yang disertai Fatmawati dan Guntur Soekarno Putra dibawah ke rumah seorang warga keturunan Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong. Para pemuda berusaha meyakinkan kedua tokoh tersebut agar berusaha segera memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan tentara Jepang. Mereka meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun resikonya Di sana, mereka meyakinka Soekarno dan Hatta bahwa Jepang benar-benar sudah menyerah. Kemudian mereka mencoba membujuk keduanya untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Sukarni bersikeras bahwa ada 15.000 pemuda bersenjata di pinggir-pinggir Jakarta yang siap memasuki ibu kota begitu proklamasi dikumandangkan. Namun, upaya itu tidak terlalu berhasil. Sementara itu, di Jakarta telah terjadi kesepakatan antara golongan tua yang diwakili oleh Achmad Subardjo dengan Wikana dari golongan muda untuk mengadakan proklamasi di Jakarta. Golongan muda mengutus Yusuf Kunto untuk mengantar Achmad Soebarjo ke Rengasdengklok. Selanjutnya mereka menjemput Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Achmad Soebarjo berhasil meyakinkan kepada para pemuda untuk tidak terburu-terburu memproklamasikan kemerdekaan. PENYUSUNAN TEKS PROKLAMASI Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, setelah sampai di Jakarta rombongan Soekarno-Hatta diantar oleh Laksamana Maeda ke rumah Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto (Kepala pemerintahan militer Jepang di Indonesia). Namun Ia tidak mau menerima rombongan Soekarno-Hatta. Lantas memerintahkan Mayor Jenderal Otoshi Nishimura (Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang) untuk menerima kedatangan Soekarno-Hatta. Nishimura memberi kabar mengejutkan, bahwa Tokyo tidak mengizinkan proklamasi kemerdekaan Indonesia, dikarenakan perjanjian antara Sekutu dan Jepang, yang mengharuskan Jepang menjaga status quo di wilayah jajahan Jepang, salah satunya Indonesia Tidak puas dengan jawaban Nishimura, rombongan Soekarno-Hatta kembali ke kediaman Laksmana Maeda, di Jalan Imam Bonjol No 1. guna menyiapkan teks proklamasi. Turut bersama rombongan adalah, Achmad Soebarjo, Sukarni, BM Diah, Sudiro, Sayuti Melik. Tanggal 17 Agustus dini hari, di rumah Laksamana Maeda, tepatnya di ruang makan, disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh nasional yang menyusun teks Proklamasi yaitu, Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebarjo. Soekarno yang menulis naskah Proklamasi, sedangkan Moh. Hatta dan Achmad Soebarjo menyumbangkan ide secara lisan. Kalimat pertama merupakan buah pemikiran Achmad Soebarjo, sedangkan kalimat terakhir ide dari Moh. Hatta. Soekarno kemudian meminta persetujuan kepada semua yang hadir. Sukarni mengusulkan teks Proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima, naskah Proklamasi kemudian diserahkan. kepada Sayuti Melik untuk diketik dengan beberapa perubahan-perubahan yang disepakati Usai penandatanganan, mereka merundingkan lokasi pelaksanaan Proklamasi. Semula disepakati dilaksanakan di Lapangan Ikada Jakarta. Namun khawatir akan memicu bentrokan dengan tentara Jepang, akhirnya disepakati pelaksanaan Proklamasi diselenggarakan di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi No 1) pada pukul 10.00 WIB. Menjelang pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur No 56 terlihat sibuk. Walikota Jakarta saat itu Soewiryo memerintahkan Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia. Suhud diperintahkan mencari tiang bendera, dengan menggunakan sebatang bambu. Bendera merah-putih yang dijahit Fatmawati juga disiapkan. Pada pukul 10.00 WIB pembacaan proklamasi dimulai. Sebelum membacakan naskah proklamasi, Soekarno terlebih dahulu menyampaikan pidato pengantar. Setelah pembacaan teks proklamasi selesai, Suhud dan Latief Hendraningrat mengibarkan bendera merah-putih. Pada saat bendera dikibarkan semua yang hadir dengan spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara selanjutnya sambutan Walikota Jakarta, Soewiryo dan Barisan Pelopor, dr. Muwardi. |