Perang dingin (1947-1991) atau lebih dikenal dengan Cold War merupakan perang yang terjadi antara dua kekuatan besar yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang ini terjadi pasca selesainya perang Dunia 2 yang dimenangkan oleh pihak sekutu. Istilah perang dingin sebenarnya tidak umum pada saat itu namun menjadi terkenal semenjak diperkenalkan oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman, dua orang ahli keuangan dan kolumnis asal Amerika serikat. Pada awalnya Amerika Serikat dan Uni soviet bersekutu untuk memerangi NAZI ketika masa perang namun setelah kemenangan atas NAZI, mereka mulai nampak ketegangannya akibat perbedaan di antara mereka khususnya ideologi. Perubahan yang terjadi pasca perang dunia 2 dan juga kemenangan atas NAZI Jerman oleh pihak Amerika Serikat dan sekutunya Uni Soviet, bukan berarti dunia dalam masa yang benar-benar aman. Terbukti secara tidak langsung AS dan Uni Soviet kemudian terlibat dalam konflik yang memang tidak langsung adu senjata antar keduanya. Inilh mengapa keduanya terlibat dalam konflik yang dikenal sebagai perang dingin. Simak juga akhir perang dingin , bentuk pelaksanaan perang dingin , dan dampak negatif perang dingin . Persaingan sengit di berbagai bidang terjadi antar kedua negara sebagai dampak perang dingin . Baik bidang politik, ekonomi, sosial dan bahkan ilmu pengetahuan. Keduanya berupaya untuk tidak mau kalah melalui strategi perang dingin . Akibatnya tentu saja konflik antar kesuanya juga ikut berpengaruh kepada kondisi dunia. Meskipun tidak semenegangkan pada saat situasi perang dunia 1 ataupun 2. Tidak menutup. Kemungkinan persaingan dan ketegangan antara keduanya akan mengarah kepada adu senjata di medan perang. Tentunya terdapat faktor yang menyebabkan mengapa perang ini terjadi. Untuk lebih memahaminya, maka simak 3 penyebab perang dingin sebagai faktor utama pecahnya konflik. 1. Perbedaan Paham Dan Ideologi Sebagai negara adidaya dan negara terkuat di dunia Amerika Serikat dan Uni Soviet sama-sama berambisi untuk dapat menyebarluaskan masing-masing ideologinya. Amerika Serikat dikenal memiliki ideologi Liberalis-Kapitalis yang tentunya bertolak belakang dengan ideologi yang di pegang oleh Uni Soviet yakni Komunisme. Setelah Perang Dunia II berakhir, pertentangan ideologi pun terjadi. Akibatnya dua kekuatan besar dunia terbentuk dan bersaing untuk memperebutkan pengaruh. Salah satu cara yang digunakan adalah saling mempengaruhi negara-negara lain untuk bergabung ke dalam kelompoknya. [AdSense-B] Pada saat itu , dunia seolah-olah terbagi menjadi dua blok kekuasaan, yaitu Blok Barat yang berpaham liberal kapitalis dengan Amerika Serikat sebagai pemimpinnya dan Blok Timur yang berpaham sosialis-komunis dengan Uni Soviet sebagai pemimpinnya. Soviet yang berhasrat menyebarluaskan paham dan ajaran komunisme ditentang langsung oleh Amerika Serikat yang juga ingin menyebarluaskan ajaran Liberal-Kapitalis. Pada akhirnya persaingan ini menimbulkan ketegangan antar keduanya. Baik AS ataupun Uni Soviet selalu nampak terlibat dalam ketegangan. Terutama pada wilayah negara yang menjadi para sekutunya. Kedua negara ini sama-sama bersaing agar dapat menjadi negara yang diakui sebagai negara adikuasa. Sehingga tentunya keduanya berambisi untuk memperoleh dukungan sebesar-besarnya dengan cara menyebarluaskan paham yang mereka miliki. 2. Sama-sama Ingin menjadi Penguasa Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berusaha menjadi pemimpin dunia. Mereka berkeinginan dapat berkuasa dan memimpin dunia seperti masa kejayaan Inggris dan Prancis pada masa imperialisme kuno. Amerika dan Soviet berusaha menjadi pemimpin dunia dengan cara baru, misalnya kekuatan ekonominya. Amerika Serikat dengan kekuatan ekonominya berusaha mempengaruhi negara-negara lain khususnya negara yang baru merdeka dengan paket bantuan ekonomi. AS beranggapan bahwa negara yang rakyatnya hidup makmur dapat menjadi tempat pemasaran hasil industri, dan juga akan menjauhkan dari pengaruh sosialis-komunis. Kemiskinan akan menjadi ladang subur bagi perkembangan ideologi sosialis-komunis. Uni Soviet dengan kekuatan ekonominya juga berusaha membentengi negara-negara yang telah mendapat pengaruhnya. Paket bantuan ekonomi Soviet juga diberikan untuk memperbaiki keadaan ekonomi negara-negara tersebut. Selain itu, Uni Soviet juga berusaha mendekati rakyat suatu negara yang sedang melakukan perjuangan nasionalnya dengan mengirimkan para tenaga ahli dan peralatan militer. Tidak mau kalah, sebagai langkah menjadi penguasa dunia Amerika Serikat mencetuskan sebuah doktrin. Doktrin ini dikenal dengan nama Doktrin Truman, yang merupakan model bantuan ekonomi yang dilancarkan oleh AS untuk membendung pengaruh komunis di Negara-negara Eropa. Bantuan yang diberikan tidak hanya bantuan keuangan, tetapi juga militer dan penasihat militer. Amerika Serikat ingin menjadi penguasa dengan cara sebagai negara kreditor besar membantu negara-negara yang sedang berkembang. Di samping itu, Uni Soviet yang mulai kuat ekonominya membantu perjuangan nasional berupa senjata atau tenaga ahli. Persaingan antar keduanya untuk menyabet grlar sebagai negara adikuasa tentu saja memnawa dampak tersendiri bagi keamanan dan stabilitas pertahanan dunia. Meskipun keduanya tidak terlibat langsung dalam lertempuram dan adu senjata. Ada faktanya keduanya terlibat dalam konflik di berbagai negara. Seperti perang vietnam dimana AS mendekengi kelompol vietman selatan. Sebaliknya Uni Soviet memberikan dukungan penuh kepada Vietman Utara. Tentunya secara tidak langsunh keduanya masih terlibat dalam perang nyata atau adu senjata. [AdSense-C] 3. Persaingan dibidang Kerjasama Militer Dalam bidang militer, juga terjadi persaingan pembentukan aliansi militer antar kedua negara bersama negara sekutu masing-masing. Berdirinya Pakta Pertahanan di antara dua belah pihak. Amerika Serikat sebagai militer terkuat di amerika selatan dan negara-negara Eropa Barat mendirikan NATO (North Atlantic Treaty Organization) sebagai angkatan bersenjata terbaik di dunia sedangkan Uni Soviet juga tidak mau kalah. Beserta beberapa negara-negara Eropa Timur seperti Albania, Bulgaria, cekoslowakia, Jerman Timur, Hungaria , Polandia dan Rumania mendirikan Pakta Warsawa. Persaingan dibidang militer juga semakin sengit saja antara dua personel militer terkuat didunia . Sebab keduanya saling adu dalam menciptakan senjata yang lebih canggih. Tak dapat dipungkiri bahwa suasana dan situasi dunia saat itu menjadi sangat tegang. Sebab satu tindakan kecil saja dapat memicu konflik yang besar dan meluas. Kedua negarara sama-sama tidak mau kalah dan ingin mendapatkan pengakuan sebagai satu-satunya negara terkuat dan adidaya di dunia. Hasrat saling bersaing ini tentu memang didukung oleh semua aspek yang dimiliki oleh kedua negara. Itulah 3 penyebab penyebab perang dingin sebagai faktor utama pecahnya konflik. Persaingan baik antara Amerika dan Uni Soviet memenberikan gambaran bahwa pada dasarnya negara yang kuat bukan karena ia berhasil mendominasi negara lain. Namun lebih kepada negara dengan sistem pemerintahan yang fleksible sebagai faktor yang menandai berakhirnya perang dingin . Sebab negara buka seperti manusia yang harus selalu bersaing untuk mendapatkan kemenangan. Bahwa kekuatan dan adidaya bukan diperoleh lewat jalan konflik yang berkepanjangan yang akhirnya mengorbankam pihak lain untuk kepentingan pribadi. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Perang dingin merupakan perang yang terjadi pasca perang dunia II antara Amerika Serikat dan Unisoviet. Perang ini juga dapat dikatakan sebagai periode terjadinya ketegangan politik antara blok barat dan blok timur yang tidak menimbulkan aksi militer secara langsung. Sebab itu, ketegangan ini lantas dipanggil sebagai perang dingin. Perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sendiri dimulai setelah keberhasilan Sekutu dalam mengalahkan Jerman Nazi di Perang Dunia II, yang kala itu hanya menyisakan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai dua negara adidaya di dunia dengan perbedaan ideologi, ekonomi, dan militer yang besar. Uni Soviet, bersama dengan negara-negara di Eropa Timur yang didudukinya, membentuk Blok Timur. Sedangkan Amerika Serikat dan beberapa sekutunya menguasai blok Barat. Beberapa negara memilih untuk memihak salah satu dari dua negara adidaya ini, sementara yang lainnya memilih untuk tetap netral dengan mendirikan Gerakan Non-Blok. Dimana Indonesia menjadi salah satunya. Meski tak memunculkan aksi militer, namun perang dingin ini tak dimungkiri telah mengakibatkan ketegangan tinggi di dunia, yang pada akhirnya memicu sejumlah konflik militer regional. Diantara konflik tersebut adalah Blokade Berlin, Perang Korea, Krisis Suez, Krisis Berlin, Krisis Rudal Kuba, Perang Vietnam, Perang Yom Kippur, Perang Afganistan, dan penembakan Korean Air Penerbangan 007 oleh Soviet. (Baca juga: Cari Tahu Lebih Jauh Soal NATO) Tak hanya itu, alih-alih terlibat langsung dalam konflik, baik AS maupun Uni Soviet memilih berkompetisi melalui koalisi militer, menyebarkan ideologi dan pengaruh, memberikan bantuan kepada negara klien, spionase, kampanye propaganda secara besar-besaran, perlombaan nuklir, menarik negara-negara netral, bersaing di ajang olahraga internasional, dan persaingan teknologi seperti Perlombaan Angkasa. Amerika Serikat dan Uni Soviet juga bersaing dalam berbagai perang proksi; di Amerika Latin dan Asia Tenggara, Uni Soviet membantu revolusi komunis yang ditentang oleh beberapa negara-negara Barat, Amerika Serikat berusaha untuk mencegahnya melalui pengiriman tentara dan peperangan. Dalam rangka meminimalkan risiko perang nuklir, kedua belah pihak sepakat melakukan pendekatan détente pada tahun 1970-an untuk meredakan ketegangan politik. Faktor Penyebab Terjadinya Perang Dingin Penyebab utama terjadinya perang dingin adalah adanya perbedaan paham atau Ideologi diantara kedua negara, dimana Amerika menganut paham Demokratis – Kapitalis, sementara Uni Soviet dengan paham Komunis – sosialis. Selain itu, perang dingin juga muncul karena keinginan kedua negara untuk berkuasa. |